Saturday, November 17, 2012

"Perjalanan Baru dimulai Kawan"


Tabin Lodge, sebuah tempat penginapan sederhana yang dianggap paling murah dan strategis lokasinya menjadi posko para guru Indonesia yang di kirim ke Sabah Malaysia untuk mendidik anak2 TKI di Perusahaan-perusahaan Kelapa sawit. Saya haris cempaka termasuk salah satu guru tersebut, mengikuti seleksi di UPI bandung dan akhirnya lolos tanpa terduga. Tadinya hanya diberi tahu kawan bahwa ada perekrutan guru ke Malaysia dengan gaji 15 juta rupiah. Dengan motivasi imbalan yang cukup besar itulah akhirnya saya ikut. Dan memang sebelumnya saya masih bekerja serabutan.
14.00 waktu Sabah, aku berangkat bersama dua orang patner guru baru permpuan yaitu mba  Rita agustin dan maba Brigita, kami ditempatkan di ladang sawit yang berbeda. Mba Rita ditempatkan di Ladang Harangky sedangkan mba brigita di Ladang Melewar 1 masih satu group dengan ladang penempatanku Ladang Asia Oil Palm 2 semuanya masuk district Kinabatangan. Pada awalnya aku ditempatkan di Ladang Mostyn- Tawau, bersama mba Ridhatu Rohmy, tetapi akhirnya aku ditukar dengan Mba Siti Rohmatun yang seharusnya ditempatkan di ladang Asia Oil Palm 2. Dengan alasan bahwa Ladang Asia lebih sulit secara geografis untuk dijangkau seorang perempuan dan Mostyn relative lebih mudah serta memiliki fasilitas yang bagus. Dengan penjelasan dari pak dadang dan pak Musnedi maka akhirnya aku menerimanya,” ya mudah-mudahan menjadi amal ibadah” pikirku.
Karena tidak ada yang menjemput dari pihak ladang, Kami bertiga di antar oleh seorang Guru Humana yang kebetulan menjabat sebagai coordinator district Kinabatangan, namanya adalah Budi Usman. Dia bertugas mengantarkan semua guru ke setiap ladang dan mengkonfirmasi setiap ladang untuk menjemput para guru. Selain itu kami juga ditemani oleh Pak Musnedi, guru senior yang lebih dulu ditempatkan di Ladang asia, beliau juga menjabat sebagai pengelola LC Asia. Dengan Hi-Lux warna merah milik Humana kami sampai di Ladang haranky sekitar pukul 15.30. “akhirnya sampai juga” kata ku. Mba Brigita pun menyahut “wow, jauhnya !!!” kami semua tertawa.
Pas datang, tak ada penyambutan atau pun  anak yang berbaris, yang ada hanya deras hujan dan suasana sepi, sesekali ada suara serangga dan gonggongan anjing. Kami ditunjukan sekolah disana. Ternyata sangat luarbiasa sekali “menyedihkan” pikirku. Akhirnya aku nyeletuk “Yang sabar yach mba”, sambil tersenyum. Mba rita pun tersenyum dengan muka polos yang sedih. Aku merasa iba sekali. Apalagi setelah masuk ke kantor ladang, ternyata belum ada tempat untuk beliau tinggal. Kami sempat khawatir dan cikgu Budi menyarankan untuk ikut saja dulu ke ladang melewar di tempatnya Mba brigita, nanti setelah ada tempat tinggal baru kembali kesini. Namun setelah mengkonfirmasi kembali dan menunggu sebentar akhirnya ada tempat yang bisa disinggahi untuk sementara. Cuaca masih hujan saat itu. Saya ikut serta mengantar ke rumah tersebut karena bisa membantu menurunkan barang2. Sementara pak musnedi dan mba brigita menunggu di dekat sekolah sambil melihat-lihat. Setelah melihat tempat tinggalnya mba rita saya merasa lega karena rumahnya tidak seburuk yang dibayangkan seperti sekolahnya. Rumahnya cukup bagus berbahan tembok, kalau disabah disebut rumag batu. Akhirnya kami meninggalkan beliau sendirian disana, sayapun menyampaikan salam “semoga betah dan bisa berkarya ya mba” begitupun mba brigita dan yang lainnya, sambil melambaikan tangan.
Kami tinggal berdua menuju Ladang Melewar 2, karena begitulah urutanya dari mulai yang terjangkau dulu meskipun bukan yang terdekat. Hari masih hujan rintik-rintik, Hi-Lux merah melaju dengan berkecepatan tinggi. Sesaat kami keluar dari ladang haranky suasana hening sejenak, setiap orang asyik dengan dunianya sendiri-sendiri. “ pekerjaan ini memang sebanding dengan apa yang nanti diberikan” pikirku. Sambil membayangkan bagaimana kondisi Ladang tempat aku ditempatkan, karakter anak-anak, dan masyarakat disana.  Kata pak musnedi dan Cikgu budi Ladang asia ini paling jauh diantara ladang haranky dan Melewar. Dalam pikiranku terlintas kondisi geografis penuh hutan dan kelapa sawit serta tempat yang terjal serta berbukit.
        “Sangat menantang” sambil tersenyum sendiri membayangkan pahala yang bisa ku dapat dalam pekerjaan ini. Aku tidak berhenti bersyukur atas karunia yang diberikan Allah padaku. Itulah pikiran idealisku. “ bagai melintas pulau dunia, akhirat terpenuhi” itu pribahasa yang kupelestkan. Aku senyum-senyum sendiri seprti orang gila, sambil memainkan handponeku yang jadul Handphione Nokia tipe 3123, warna abu-abu campur hitam. Yang nada deringnya mati setelah jatuh dari sakuku waktu di Indonesia. Handpone ini aku beli di sebuah kedai cellular di pinggir jalan di daerah kecamatan rajapolah, Harganya 150 ribu rupiah.

To be Continue...............

No comments:

Post a Comment